Franchise di indonesia

Konsep franchise di Indonesia semakin berkembang pada tahun 1970an, dengan berdirinya KFC, Swensen, dan Shakey Pisa yang kemudian diikuti oleh Burger King dan Seven Eleven.
Pada tahun 1990,melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik, politik yang stabil dan keamanan yang terjamin, para investor dari luar negeri mulai melirik Indonesia dan di sini, franchise di Indonesia mulai booming
Pada tahun 1992, franchise  di Indonesia terus berkembang dan  terdapat 29 franchise yang berasal dari luar negeri dan 6 franchise lokal, dan secara keseluruhan, di Indonesia tersebar sekitar 300 outlet. Pada tahun 1997, jumlah franchisor meningkat hingga 265 franchise, di mana terdapat 235 franchise internasional dan 30 franchise lokal. Dan jumlah keseluruhan outlet adalah 2000. Pada tahun 1997, terjadi krisis moneter di Indonesia. Pada saat ini, diikuti oleh krisis ekonomi dan politik di Indonesia pada tahun 1998 yang mengakibatkan jatuhnya industri franchise di Indonesia. Banyak franchisor asing yang meninggalkan Indonesia dan hampir sekitar 500 outlet yang tutup oleh karena kondisi yang tidak mendukung ini. Pada saat itu, jumlah franchise dari luar negeri yang beroperasi di Indonesia menurun dari 230 hingga 170-180 franchise. Tetapi justru pada saat ini, franchise lokal mulai memadati pasar franchise di Indonesia dari 30 meningkat hingga 85 merek produk yang berkembang.

Berdasarkan Hasil riset Majalah Info Franchise (MIF) pada tanggal 18 juni 2010 mengemukakan omset penjualan usaha franchise di Indonesia baik milik lokal maupun asing, yang berbentuk franchise dan business opportunity diperkirakan sampai akhir tahun 2010 sebesar Rp 114,64 triliun. Jumlah tersebut naik 20% dari perolehan tahun 2009 sebesar Rp 95 triliun.
Tren peningkatan omset bisnis franchise sedikit terlihat dari tahun 2008, dimana pada tahun tersebut peroleh omset sebesar Rp 81 triliun dan meningkat 18 % pada tahun 2009 menjadi Rp 95 triliun. Dengan demikian, rata-rata pertumbuhan sepanjang tahun 2008-2010 adalah sebesar 19% per tahun.
Dalam riset ini semua industri franchise dikelompokkan ke dalam 8 kelompok besar, yaitu F&B (Food & Beverage), Retail Minimarket, Broker Property, Kurir/ekspedisi, Pendidikan, Kecantikan dan Kesehatan, Fashion & Accessories dan Automotive.

Dari 8 kelompok di atas, yang terbesar market sharenya adalah F&B, yang di tahun 2010 nilainya diperkirakan akan mencapai Rp 42.6 Triliun. Peringkat kedua diraih retail minimarket, dengan Rp 26.5 Triliun, diikuti oleh broker property dengan Rp 19.8 Triliun. Posisi keempat dan kelima diduduki jasa kurir/ekspedisi (Rp 7.9 Triliun) dan pendidikan (Rp 6.4 Triliun).

Sementara, jika setiap kelompok usaha diurai lagi per kategori usahanya masing-masing, terlihat bahwa nilai bisnis industri terbesar di tahun 2009 diraih oleh industri retail minimarket. Kontribusinya mencapai Rp 21 Triliun (22.2%). Share terbesar kedua di-”coup” oleh broker property, dengan Rp 15 Triliun (15.9%). Posisi ketiga ditempati fast food ayam goreng dengan Rp10.9 Triliun (11.4%), dan keempat adalah kurir/ ekspedisi dengan Rp 6.8 Triliun (7.1%). Peringkat 5-11 dipegang oleh waralaba makanan, mulai dari donut (Rp 5.9 Triliun/ 6.1%), pizza (Rp 3.4 Triliun/ 3.5%), bread & cake (Rp 2.5 Triliun/ 2.6%), coffee shop (Rp 2.5 Triliun/ 2.6%), burger (Rp 2.5 Triliun/ 2.6%), tea (Rp 1.7 Triliun/ 1.8%) dan traditional food (Rp 1.7 Triliun/ 1.8%). Peringkat ke dua belas diraih oleh bimbingan belajar (Rp 1.7 Triliun/ 1.8%), peringkat ketiga belas tour & travel (Rp1.5 Triliun/ 1.6%), keempat belas adalah apotik (Rp 1.3 Triliun/ 1.3%), ice cream (Rp 1.3 Triliun/ 1.3%), kursus bahasa inggris (Rp 1.2 Triliun/ 1.2%) dan bakmi (Rp 1.2 Triliun/ 1.2%). Masing-masing kategori produk lainnya menghasilkan omset kurang Rp 1 Triliun pada tahun 2009 atau kontribusi kurang dari 1% di tahun tersebut.

Dari riset ini pula didapatkan perbandingan nilai bisnis franchise di tahun 2009, antara franchise asing dan lokal adalah sebesar 38% : 62% atau Rp 36.35 Triliun banding Rp 59.46 Triliun.
Adapun jumlah pekerja yang terlibat dalam industri ini di tahun 2009 adalah sekitar 610 ribu orang atau naik 16.5% dibandingkan dengan tahun 2008, dimana jumlah pekerjanya baru mencapai 523 ribu orang. Diperkirakan, sampai akhir tahun 2010, jumlah pekerja di industri ini melonjak hingga 18% mencapai 719 ribu orang.
Sumber: Majalah Info Franchise, Juni 2010
              (http://www.franchisekey.com/id/franchise-waralaba)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar